Friday, October 19, 2012

Menelusuri Jejak Kejayaan Majapahit di Trowulan

Setiap melintas jalan ke arah Surabaya selalu saja aku ingin singgah di sebuah kota kecil bernama Trowulan. Lama keinginan itu terpendam sampai hari itu aku benar-benar membulatkan tekad untuk khusus mengunjungi kota itu.
Trowulan adalah sebuah kota kecil di Kabupaten Mojokerto, disitulah aku mendengar banyak tersebar situs dan peninggalan Kerajaan Majapahit yang amat tersohor di jamannya. Peradaban Majapahit bukanlah sebuah legenda, sosoknya ditopang oleh bukti-bukti otentik arkeologis yang tertinggal dari jamannya. Sudah lebih dari 700 tahun peradaban Majapahit berlalu, namun kebesarannya bukanlah sekedar memori belaka.
Setelah menempuh 10 jam perjalanan dari kota Jogja sampailah aku di kota kecil itu. Dijemput dan ditemani seorang kawan dari Surabaya aku memulai penjelajahan kota lama itu.
Bangunan pertama yang aku datangi adalah Candi/Gapura Bajang Ratu, yang terletak di desa Temon Kecamatan Trowulan. Melihat bangunannya gapura ini merupakan gapura yang memiliki atap dengan bahan utamanya adalah batu bata, kecuali lantai tangga serta ambang pintu yang terbuat dari batu andesit. Bangunan ini berbentuk segi empat berukuran 11,5x10,5 meter dengan tinggi 16,5 meter dan lebar lorong pintu masuk 1,40 meter. Secara vertikal dibagi menjadi tiga yaitu kaki, tubuh dan atap.
Pada kaki gapura terdapat hiasan panil yang menggambarkan cerita "Sri Tanjung", di bagian atas tubuh terdapat pintu yang di atasnya terdapat hiasan kala dengan sulur-suluran, sedangkan atapnya berbentuk bertingkat-tingkat dengan puncaknya persegi.



Selesai mengagumi kemegahan Gapura Bajang Ratu, kami melanjutkan perjalanan menuju Candi Tikus. Dalam perjalanan menuju Candi Tikus, kami melintas di kolam Segaran yang merupakan waduk atau kolam kuno Majapahit.
Bangunan kedua yang aku sambangi adalah Candi Tikus. Masih terletak satu desa dengan Gapura Bajang Ratu namun letaknya kurang lebih 500 meter dari Gapura Bajang Ratu. Melihat keberadaan bangunannya yang berada di bawah tanah teringat olehku Candi Sambisari di dekat rumahku.
Candi Tikus ini merupakan bangunan petirtaan yang terlihat dari adanya miniatur candi di tengah bangunannya yang melambangkan Gunung Mahameru tempat bersemayamnya para dewa dan sumber segala kehidupan yang diwujudkan dalam bentuk air mengalir dari pancuran-pancuran / jaladwara yang terdapat di sepanjang kaki candi. Air ini dianggap sebagai air suci Amarta, sumber segala kehidupan.




Bangunan ketiga yang kami datangi adalah Candi Brahu. Letaknya cukup jauh dari Gapura Bajang Ratu dan Candi Tikus. Kami harus menyeberang jalan. Candi Brahu terletak di desa Bejijong Trowulan. Diduga bangunan candi ini merupakan peninggalan Buddhist dan berumur lebih tua daripada candi-candi yang lain.


Bangunan terakhir yang kami kunjungi adalah Kompleks Gapura Wringin Lawang. Terletak di desa Jatipasar disebut juga Gapura Jati Pasar. Terbuat dari bata dan berbentuk candi bentar yakni candi yang terbelah dua.



No comments:

Post a Comment